ABRASI PANTAI TANJUNG CEWERI (Kamp. Enggros)
KOTA JAYAPURA PROVINSI PAPUA
Isu Pamanasan global kini telah ramai dibicarakan hampir diseluruh dunia, karena memang pengaruh pemanasan global diprediksikan akan sangat mengancam dunia kedepan. Faktor utama penyebab terjadinya pemanasan global adalah efek ruma kaca, pembakaran bahan bakar fosil dan lain sebagainya. Sehingga berpengaruh terhadap lapisan ozon.
Pengaruh pemanasan global memang sangat betul dan efeknya sangat terasa hampir diseluruh dunia, hingga ke daerah Papua khusunya didaerah Kota Jayapura. Dimana pada siang hari efek panasnya sangat terasa hingga ± 350, suhu ini dirasakan sangat panas dibanding suhu panas ditahun-tahun sebelumnya.
Menurut beberapa ilmuan pengaruh pemanasan global ini juga telah mengakibatkan pencairan es didaerah kutup utara, sehingga terjadi kenaikan permukaan air laut. Naiknya permukaan air laut ini berpengaruh sehingga, ada beberapa daerah yang dulunya merupakan daerah darat kini telah berubah menjadi daerah laut. Misalnya di Pulau Papua, khusunya didaerah Kampung Enggros (Tg. Ceweri), Distrik Abepura Kota Jayapura.
Daerah Tg, Ceweri merupakan, sebuah Tanjung yang membatasi antara daerah lautan bebas dari Samudra Pasifik dibagian Utara dan dibagian dalamnya merupakan Teluk yang dikenal dengan nama Teluk Yotefa (Gbr 1).
Gambar 1. Tampak Tanjung Ceweri yang mengalami abrasi kuat, hingga kemungkinan akan putus (lingkaran merah) dan bagian dalam Tg. Marupakan Teluk Yotefa.
Daerah ini merupakan lokasi utama saya dengan teman-teman GEOST 06 USTJ melakukan penelitian, kerena dalam keseharian kami mengamati bahwa garis pantai pada Tg. Ceweri terus mengalami kemunduran. Sehingga diprediksikan kedepan Tg. Ceweri akan segera terputus dan air laut serta gelombang laut yang berasal langsung dari samudra pasifik masuk dan menyatu dengan Teluk Yotefa yang berada dibagian dalam Tg. Ceweri.
Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh saya dengan teman-teman didaerah Tanjung Ceweri Kampung Enggros, Kota Jayapura Provinsi Papua. Diketahui bahwa daerah Tg. Ceweri telah terjadi proses abrasi pantai yang cukup tinggi (Foto 1). Proses abrasi yang cukup tinggi ini dapat diketahui dari hasil pengamatan secara langsung dilapangan dan pengambilan data trep sediment, data swash and beck swash serta pengambilan data batimetri.
Foto 1. Tampak daerah sepanjang garis pantai Tanjung Ceweri (Kamp. Enggros), yang mengalami abrasi tingkat tinggi (lingkaran merah), sehingga mengakibatkan mundurnya garis pantai.
Dari hasil pengambilan data trep sedimen diketahui bahwa, proses abrasi pada daerah penelitian cenderung kearah Timur Tenggara, sedangkan proses sedimentasi cenderung kearah Barat-Barat Laut atau proses abrasi cenderung kearah Pantai Holtekamp sedangkan proses sedimentasi cenderung kearah Kaki Bukit Skyland.
Proses abrasi pantai ini juga disebabkan oleh pengaruh pasang surutnya air laut dan tinggi gelombang. Dimana diketahui bahwa Tinggi gelombang maksimum rata-rata pada daerah penelitian yaitu 118.6667 Cm, tinggi gelombang minimum rata-rata pada daerah penelitian yaitu 90.46296 Cm dan panjang rata-rata gelombang pada daerah penelitian yaitu 3.347592593 m (Foto 2). Dari hasil penelitian ini juga diketahui bahwa kekuatan gelombang pada daerah penelitian yaitu sebesar 0.001800208 watt.
Foto. 2. Pengambilan data gelombang disekitar daerah Tanjung Ceweri. Bertujuan untuk mengetahui nilai kekuatan gelombang, tinggi gelombang dan kecepatan rata-rata gelombang
Dengan tinggi gelombang, panjang gelombang dan kekuatan gelombang yang demikian maka, sangat mempercepat proses terjadinya abrasi pantai. Proses erosi dan abrasi pantai ini juga diperkuat dengan pengambilan data swash and beck swash. Dari hasil pengambilan data tersebut dapat diketahui bahwa pada saat terjadi gelombang yang menerus kearah darat atau pinggiran pantai, material yang dilepaskan dari laut kedarat cenderung lebih sedikit (Swas sedikit), dibandingkan dengan material yang ditarik dari arah darat ke laut lebih banyak (Beck Swash banyak) (Foto 3).
Foto 3. Tampak gelombang disepanjang garis pantai yang menunjukan kekuatan, kecepatan dan tinggi gelombang. Gelombang ini sangat membahayakan jika masuk hingga kedalam teluk Yotefa.
Pengaruh dari kegiatan abrasi pantai ini, mengakibatkan sehingga garis pantai Tg. Ceweri terus mengalami kemunduran hingga sekarang. Dari hasil pengukuran dan pengambilan data lapangan dapat diketahui bahwa pada saat terjadi air pasang Tg. Ceweri hanya menyisahkan jarak kurang lebih 1,5 m lagi untuk air laut masuk dan tembus mencapai Teluk Yotefa yang berada dibagian dalamnya (Foto 4 dan Foto 5).
Foto 4. Tampak pantai Tanjung Ceweri (Holtekamp) yang mengalami abrasi, sangat kuat hingga kemungkinan besar akan terputus dan menyatu dengan air laut didalam teluk Yotefa.
Foto 5. Tampak pengaruh abrasi yang cukup kuat, hingga garis pantai mengalami kemunduran. Dengan demikian jika terjadi air pasang permukaan air laut akan naik, hingga menyisahkan jarak kurang lebih 1,5M untuk mencapai perairan didalam teluk Yotefa.
Harapan saya dengan teman-teman GEOST 06 USTJ adalah biarlah di hari ulang tahun Kota Jayapura nanti yang genap berusia 1 abad, maka program kerja Pemerintah selanjutnya adalah memperhatikan masalah ini, sebab kasihan masyarakat Kamp. Enggros. Mereka kini susah didalam mencari ikan didalam Teluk Yotefa, padahal Teluk ini dulunya ramai dikunjungi ikan dan biota lautnya. Namun kunjungan ikan-ikan itu sudah berakhir lama, karena teluk ini telah dipenuhi dengan limbah sampah dan botol-botol yang berasal dari pencemaran dan limbah masyarakat melalui S. Sborgonjie (kali Kotaraja) dan Kali Acai yang masuk melewati pasar Yotefa. Persoalan ini akan bertambah parah jika Tg. Ceweri Putus. Apalagi Papua merupakan daerah rawan bencana gempa bumi hingga sering berpotensi tsunami, maka daerah ini bisa saja mengalami hal tersebut.
Tolong di perhatikan ya……………!!!!!
Mungkin ini adalah tulisan saya yang terakhir kalau tidak ada halangan yang berarti saya akan menulis lagi, karena sekarang saya harus berkonsentrasi pada Tugas Akhir (Skripsi). Saya ingin cepat selesai kuliah, karena kalau lama-lama dari mana saya akan mendapatkan biaya, dengan kondisi orang tua satu (Bapa) yang hanya sebagai petani dan bertempat tinggal disebuah desa kecil di bagian barat dari ibu kota Maybrat. Saya juga berkeinginan untuk cepat selesai agar bisa memenuhi cita-cita saya yaitu bekerja di perusahaan Gold Exploration. Saya juga memohon maaf jika dalam penulisan saya ada kata-kata yang menyingung, kurang penulisan huruf, pengulang-ulangan kata, penggunaan bahasa Indonesia yang tidak baku dan masih banyak lagi kekurangan lain. Mohon agar dimaafkan karena saya juga masih dalam tahap pembelajaran untuk merangkaikan kata-kata menjadi sebuah kalimat, sebuah kalimat menjadi sebuah paragraph dan sebuah paragraph menjadi sebuah tulisan. Maaf ya………!!!!!
Papua penuh dengan kekayaan alam dan rahasia-rahasia alam lainnya yang harus diangkat dan diceritakan agar diketahui oleh seluruh dunia, sebab Papua merupakan satu-satunya surga bumi yang tersisa . Papua Ko Pangaruh……………!!!!!!!
Provil tem Geost 06 USTJ.
Anggota; Chris M. Loupatty, Dedy Sappa, Rendy Longe, Isak S. Mulu, Djantifanus Ohee, Unipki Ningdana, Elson Medodga, Frans Mange, Salmon Tablaserai, Nofian Kulla, Christian Y. Pangemanan, Diana Werbabkay dan Saya sendiri Maylon Vananten Nauw.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar